Opini, iKatolik.com – Saya awalnya respect dengan pesan dan imbauan Uskup Ignatius Kardinal Suharyo soal bagaimana kita sebagai umat Katolik menanggapi wabah Korona yang tengah menjadi perhatian dunia termasuk Indonesia.
Dalam video berdurasi lebih dari tiga menit itu, Kardinal Suharyo meminta kita untuk taat, mendukung dan mengikuti arahan pemerintah dalam mencegah penyebaran virus Korona.
Baca Juga: Selain Misa Online, Pastor di AS Buat Pengakuan Dosa di Jalanan
Mulai dari bekerja, belajar hingga beribadah di rumah masing-masing. Atau dengan kata lain, melakukan karantina diri sendiri agar virus Korona ini tidak menjalar kemana-mana.
Namun, hal itu berbanding terbalik dengan apa yang terjadi setelahnya. Beliau bersama rombongan KWI tiba di Ruteng untuk mengikuti misa pentahbisan Uskup Baru sepeninggalan Uskup Hubertus Leteng.
Baca Juga: Korona di Malasysia, Korban Meninggal Pertama Seorang Pastor
Saya dan Anda mungkin bisa mengamini, bahwa mewakili hierarki kehadiran beliau dalam upacara pentahbisan merupakan hal yang lumrah dan memang wajib dilakukan.
Di sisi lain, hal ini sangat jelas menunjukkan bahwa beliau telah mengabaikan permintaan penundaan pentahbisan Uskup Ruteng yang dikeluarkan oleh Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo.
Baca Juga: Mari Doakan Romo Alejandro yang Sedang Dirawat Akibat Korona
Permohonan yang berlandaskan alasan kemanusiaan itu sama sekali tidak digubris oleh Kardinal Suharyo. Beliau, sepertinya lupa bahwa euforia pentahbisan Uskup Baru ini situasinya berbeda.
Sebagai upacara besar, kehadiran massa menjadi hal yang tidak terhindarkan. Padahal Presiden, media massa, LSM, hingga masing-masing pribadi termasuk Kardinal Suharyo sendiri telah berusaha agar kampanye menghindari keramaian ini dapat berjalan sehingga Indonesia tidak larut dalam krisis berkepanjangan.
Baca Juga: Biarawati Nigeria Tewas Saat Menyelamatkan Siswa dari Ledakan Gas
Memang, Covid-19 ini tampak mustahil muncul tiba-tiba di tempat yang bukan menjadi daerah terdeteksi memiliki virus. Namun, yang namanya penyakit dia itu datang seperti pencuri di malam hari.
Berkaca pada Malaysia, negara itu telah menjalankan status lockdown pasca kegiatan keagamaan yang melibatkan banyak orang. Satu dari dua korban meninggal diketahui menghadiri acara tablig akbar di Masjid Jamek, Sri Petaling, Kuala Lumpur yang digelar dari 27 Februari hingga 1 Maret lalu.
Baca Juga: Cegah Korona, Gereja-Gereja di Dunia Adakan Misa Online
Jauh sebelum kasus di Malaysia, Korea Selatan telah lebih dahulu menetapkan status lockdown dan sempat menempati posisi pertama sebagai negara paling terdampak wabah Covid-19.
Pada awal Maret 2020, negara ini telah melaporkan 3.730 kasus dan 21 kematian. Lebih dari setengah dari semua yang terinfeksi melibatkan anggota Gereja Shincheonji Yesus, sebuah kelompok Kristen pinggiran.
Pemimpin sebuah sekte keagamaan di Korea Selatan itu pun diselidiki atas beberapa kematian akibat Virus Corona di negara itu.
Baca Juga: Ini Pesan Romo Benny Susetyo Soal Cara Menghadapi Korona
Pemerintah ibu kota Seoul bahkan meminta jaksa penuntut untuk menuntut Lee Man-hee, pendiri Gereja Shincheonji, bersama dengan 11 orang lainnya karena tidak kooperatif dalam proses pencegahan penyebaran wabah tersebut.
Fakta-fakta tersebut ditunjukkan bukan untuk menakut-nakuti tetapi ada baiknya kita sesekali untuk rendah hati dan sedikit mengorbankan hak kita untuk kepentingan bersama.
Baca Juga: Cegah Korona, Habib Rizieq Imbau Pengajian FPI Diliburkan
Pemerintah sudah menjalankan tugas mereka melindungi dengan mengeluarkan begitu banyak kebijakan untuk kita. Berharap kepada masyarakat saja tidak cukup.
Mereka butuh keteladanan dari orang-orang yang mereka percaya. Dengan situasi sekarang, kita sedang mengalami krisis keteladanan dalam menjalankan peraturan yang terkait dengan hajat hidup banyak orang itu.
Baca Juga: Puji Tuhan! Kondisi Menhub yang Positif Korona Mulai Membaik
Di akhir tulisan ini, saya berharap dan mendoakan semoga tidak terjadi apa-apa bagi siapapun yang mengikuti acara pentahbisan uskup baru itu. Kita tentunya tetap percaya bahwa Tuhan akan selalu menyertai kita dalam situasi apapun.
Sebagai bentuk solidaritas, tulisan ini bermaksud untuk bisa menjadi pertimbangan kita bersama dalam menekan penyebaran Covid-19 di tanah air. Selamat untuk umat Katolik Keuskupan Ruteng, semoga kehadiran Mgr Siprianus Hormat, Pr mampu menjadikan kita semua garam dan terang bagi sesama.
Oleh: Vinsensius Awey | Umat Katolik Surabaya