Dunia, iKatolik.com – Seorang pria yang telah membunuh seminaris Nigeria, Michael Nnadi akhirnya mengakui alasannya membunuh. Selama ditawan, Michael ternyata tidak pernah berhenti mewartakan Injil kepada mereka.
Mustapha Mohammed, yang saat ini berada di penjara, memberikan wawancara telepon ke surat kabar Nigeria Daily Sun pada hari Jumat (2/5/2020). Dia bertanggung jawab atas pembunuhan itu.
Menurut Daily Sun, Mustapha memuji keberanian luar biasa Michael Nnadi karena selain mewartakan injil, seminaris itu juga menyuruhnya bertobat atau dirinya akan binasa.
Baca Juga: Lagi! Imam Nigeria yang Diculik Setelah Misa Minggu Telah Dibebaskan
Kronologis Penculikan
Michael diculik oleh orang-orang bersenjata dari Good Shepherd Seminary di Kaduna pada 8 Januari, bersama dengan tiga orang siswa lainnya.
Seminari itu menampung 270 seminaris dan terletak tak jauh dari Jalan Ekspres Abuja-Kaduna-Zaria. Menurut AFP, daerah itu terkenal karena ada banyak geng kriminal yang menculik pelancong untuk tebusan.
Mustapha (26) sendiri adala pemimpin geng beranggotakan 45 orang yang memangsa di sepanjang jalan raya. Dia memberikan wawancara dari sebuah penjara di Abuja, Nigeria, di mana dia berada dalam tahanan polisi.
Baca Juga: Puji Tuhan, Frater yang Diculik di Nigeria Telah Dibebaskan
Pada malam penculikan itu, orang-orang bersenjata, yang menyamar sebagai militer, menerobos pagar yang mengelilingi tempat tinggal para seminaris dan melepaskan tembakan.
Mereka mencuri laptop dan telepon sebelum menculik keempat pemuda itu. Sepuluh hari setelah penculikan, satu dari empat seminaris ditemukan di sisi jalan, hidup namun terluka parah.
Pada 31 Januari, seorang pejabat di Good Shepherd Seminary mengumumkan bahwa dua seminaris lainnya telah dibebaskan, tetapi Nnadi tetap hilang dan dianggap masih dalam penahanan.
Baca Juga: Pastor Belanda yang Pernah 56 Tahun Berkarya di Papua Meninggal
Pada 1 Februari, Uskup Matthew Hassan Kukah dari Keuskupan Sokoto, Nigeria, mengumumkan bahwa Nnadi telah terbunuh.
“Dengan hati yang sangat berat, saya ingin memberi tahu Anda bahwa putra kami yang terkasih, Michael dibunuh oleh para bandit pada tanggal yang tidak dapat kami konfirmasikan,” kata sang uskup.
Pengakuan Mustapha
Surat kabar, Daily Sun menjelaskan bahwa sejak hari pertama diculik Michael Nnadi mengatakan bahwa Mustapha tidak akan merasakan kedamaian dalam hidupnya.
Baca Juga: Umat Kristen dan Muslim Nigeria Berdoa Bersama Lawan Covid-19
“Saya tidak menyukai kepercayaan diri yang ditunjukkan oleh pemuda itu dan memutuskan untuk mengirimnya ke kuburan lebih awal” ungkap Mustapha.
Menurut Daily Sun, Mustapha menargetkan seminari mengetahui bahwa itu adalah pusat pelatihan bagi para imam, dan bahwa seorang anggota geng yang tinggal di dekatnya telah membantu melakukan pengawasan sebelum serangan itu.
Mohammed percaya bahwa itu akan menjadi target yang menguntungkan untuk pencurian dan tebusan.
Baca Juga: Uskup Emeritus Silas Njiru Meninggal di Italia Akibat Covid-19
Mohammed juga mengatakan bahwa geng itu menggunakan telepon seluler Nnadi untuk mengeluarkan tuntutan tebusan mereka, meminta lebih dari $250.000, kemudian dikurangi menjadi $25.000, untuk mengamankan pembebasan tiga siswa yang masih hidup, Pius Kanwai (19); Peter Umenukor (23); dan Stephen Amos (23).
Orang-Orang Kristen Dibunuh
Pembunuhan Nandi adalah salah satu dari serangkaian serangan dan pembunuhan terhadap orang-orang Kristen di negara itu dalam beberapa bulan terakhir.
Uskup Agung Abuati Ignatius Kaigama dari Abuja meminta Presiden Nigeria Muhammadu Buhari untuk membahas kekerasan dan penculikan dalam homili 1 Maret di Misa dengan Konferensi Waligereja Nigeria di Nigeria.
Baca Juga: Suster Anastasia Meninggal Setelah Satu Bulan Berjuang Lawan Covid-19
“Kita perlu memiliki akses ke para pemimpin kita; presiden, wakil presiden. Kita perlu bekerja sama untuk memberantas kemiskinan, pembunuhan, pemerintahan yang buruk dan segala macam tantangan yang kita hadapi sebagai sebuah bangsa,” kata Kaigama.
Pemerintah Diminta Tidak Tinggal Diam
Dalam sebuah surat Rabu Abu kepada orang-orang Katolik Nigeria, Uskup Agung Augustine Obiora Akubeze dari Kota Benin menyerukan agar umat Katolik mengenakan pakaian hitam dalam solidaritas dengan para korban dan berdoa.
Baca Juga: Aksi Penyisiran Berujung Ketakutan di Maybrat Dinilai Melanggar HAM
Sebagai tanggapan atas eksekusi “berulang” orang-orang Kristen oleh Boko Haram dan penculikan yang tak henti-hentinya terkait dengan kelompok yang sama.
Desa-desa Kristen lainnya telah diserang, perkebunan dibakar, kendaraan yang membawa orang-orang Kristen diserang, pria dan wanita telah dibunuh dan diculik, dan wanita telah diambil sebagai budak seks dan disiksa.
Tanggapan Dubes AS
Pada 27 Februari, Duta Besar AS untuk Kebebasan Beragama Sam Brownback mengatakan kepada CNA bahwa situasi di Nigeria memburuk.
Baca Juga: Pemerintah Diminta Memperhatikan Perantau yang Tidak Mudik
“Ada banyak orang terbunuh di Nigeria, dan kami khawatir itu akan menyebar banyak di wilayah itu,” katanya kepada CNA.
“Saya pikir kita harus mendorong pemerintah Buhari [Presiden Nigeria Muhammadu] lebih banyak. Mereka bisa berbuat lebih banyak,” katanya.
“Mereka tidak membawa orang-orang ini ke pengadilan yang membunuh pengikut agama. Mereka tampaknya tidak memiliki rasa urgensi untuk bertindak” tutupnya.*